Pencak Silat Cempaka Putih HISTORY OF THE MARTIAL ARTS WHITE CEMPAKA
SEJARAH SINGKAT ORGANISASI PENCAK SILAT CEMPAKA PUTIH
1. Warisan Nenek Moyang Pencak silat merupakan kebudayaan yang tumbuh dan di gali oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan di wariskan kepada anak cucu melalui proses panjang secara turun temurun dan mengandung nilai-nilai budaya, tradisi atau adat istiadat, dimana pencak silat didalamnya terkandung unsur-unsur:
- Olahraga - Bela diri - Seni - Ilmu lahir dan batin - Kehidupan Organisasi
Konon ilmu ini pada zaman kerajaan digunakan untuk membela diri dan mempertahankan kedaulatan kerajaan, adapun pencak silat dapat diartikan: “Ngepenake Kawicaksanan/mengutamakan kebijaksanaan”, Silat “Sinau/belajar”, Ilmu “laku amanah dari Tuhan Pencipta semesta alam”.
2. Pewaris Eyang Mursid
Mengalirlah darah pesilat dan pendekar dari nenek moyang kita kepada remaja Mursid, dimana Mursid belia dibesarkan dan di tempa dalam dunia persilatan. Pada tahun 1923 beliau menggeluti dan menggali ilmu-ilmu pencak silat dan mengembara ke beberapa daerah, antara lain:
- Bandung - Yogjakarta - Banten - Palembang - Aceh - Minangkabau - Dan tempat-tempat lain.
Dalam benak anak muda ini menggelora semangat untuk mengembangkan dan melestarikan pencak silat yang merupakan seni budaya luhur dari nenek moyang bangsa Indonesia. Beliau sejak muda terlatih bertahan hidup dalam dunia pengembaraan yang keras dan penuh marabahaya, disamping itu tanah air kita masih dalam cengkeraman penjajah kolonial Belanda.
Pada masa perang kemerdekaan, Eyang Mursid bersama, seluruh putra putri bangsa Indonesia bersatu padu mengangkat senjata mengusir penjajah belanda dari bumi pertiwi tercinta. Kemampuan silat beliau dan ilmu kebatinan tingkat tinggi serta pengobatan tenaga dalam membuat kagum kawan-kawanya yang tergabung dalam laskar jihad, dimana tiada sebutir pelurupun yang dapat melukai badan beliau!.
Pada tahun 1960, beliau berada di Magetan, sebuah kota kecil di timur Gunung Lawu, sebuah kota yang menjadi tapal batas propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah sekarang ini. Tempat indah dan sejuk, antara Gunung Wilis dan Gunung Lawu membuat jiwa beliau tenteram, lembah indah dan sejuk itu membuat ia dan para pendekar didikannya mendirikan padepokan Pencak Silat yang di beri nama Mardi Anoraga Sakti/MAS, pada tahun 1964. Yah….pada tahun itu, ketenangan dan
keindahan lembah Lawu membuat beliau merasa yakin menurunkan ilmu-ilmunya pada murid-murid padepokan Merdi Anorogo Sakti yang baru saja beliau dirikan.
September 1965, peristiwa kelam terjadi, pemberontakan Komunis menyebabkan beliau bersama murid-murid padepokan Mardi Anoraga Sakti mengangkat senjata bersama-sama Prajurit TNI yang setia kepada Pancasila dan UUD 1945, menumpas pemberontakan yang mengalirkan darah berminggu-minggu, berbilang bulan sehingga bengawan Madiun banjir darah pemberontak dan pahlawan putra terbaik bangsa menjadi satu.
Selesai menumpas pemberontakan, beliau fokus lagi menurunkan ilmu-ilmunya kepada para murid padepokan, ada 6 murid kinasih yang aktif menimba ilmu pada beliau yatu:
1. Wagiman 2. Purdjito 3. Soemarmo 4. Maelan 5. Kusdi 6. Ahmad Nidom
Usia senja membuat Eyang Mursid kembali ke tanah kelahirannya di Wonokromo, Surabaya hingga ajal menjemput, segenap ilmunya telah tuntas ia turunkan kepada murid-muridnya.
3. Pewaris Eyang Wagiman
Salah satu dari sekian banyak murid-murid Eyang Mursid sebagai pewaris dan penerus kebudayaan pencak silat adalah Wagiman muda, beliau dilahirkan di kota Magetan, pada tanggal 31 Januari 1944, pada tahun 1966, saat terjadi peralihan orde lama ke zaman orde baru membuat suram pedepokan Mardi Anoraga Sakti, namun Wagiman muda yang cerdas tekun berlatih jurus-jurus silat warisan gurunya dengan penuh semangat dan rasa ikhlas.
Tahun 1969, di Kabupaten Magetan terdapat kekosongan kegiatan organisasi Pencak Silat Indonesia/IPSI, sehingga Komite Nasional Olahraga Indonesia/KONI menunjuk dan mengangkat Wagiman sebagai ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia Cabang Magetan. Beliau menjabat sebagai ketua IPSI dari tahun 1969-1971, beliau menggiatkan kembali kegiatan olahraga pencak silat di kabupaten Magetan kala itu.
Saat-saat itu dicatat dalam sejarah kabupaten magetan sebagai waktu menjelang lahirnya jabang bayi Pencak Silat Cempaka Putih, atas dukungan dan dorongan dari Kepala Resorts/Polres 1054 Magetan dan Komandan Komando Daerah Rayon Militer/ KODIM 0804 Magetan, beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 18 Juli 1974, berdirilah sebuah Perguruan seni Beladiri di kabupaten magetan yang diberi nama Perguruan Pencak Silat Cempak Putih , terletak di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Di dalam mendirikan organisasi olahraga bela diri ini, beliau di dukung oleh saudar-saudara seperguruannya, antara lain:
- Kolonel Polisi Drs. Cuk Sugiarto, MA - Letnal Kolonel Polisi Drs. Pranowo - Kapten Infanteri Purnawirawan Ngadeni - Letnan Satu Polisi Puguh - Peltu Polisi Purnawirawan Masdar - Peltu Polisi Mulyono M.S - H Soemarmo - Purdjito
- Ahmad Nidom - Maelan - Kusdi - Dan masih banyak lagi
Dalam pengembangannya telah disiapkan pula jajaran para pelatih yang handal antar lain:
- Kusdi - Sugeng Haryono - Syukirno - Suprapto - Totok Suprapto
Dengan modal anggaran dasar dan angggaran rumah tangga organisasi Pencak Silat Cempaka Putih, landasan Moral Pancasila dan landasan operasional *Panca Setia Cempaka Putih serta semboyan Perguruan *Wiro Yudho Wicaksono dengan lambang *Bunga Cempaka Putih berdiri dengan kokoh dan mekar mewangi, berkembang ke seluruh persada nusantara.
Dalam pengembangannya organisasi ini berpedoman pada ajaran-ajaran dan kaidah-kaidah pencak silat serta menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang maju dan modern tanpa meninggalkan nilai-nilau luhur bangsa iIndonesia.
Dengan bekal materi ilmu lahir maupun batin yang di kembangkan dan dituangkan dalam bentuk pembinaan dan pengajaran yang meliputi:
- Pendidikan Ilmu Pencak Silat - Pendididkan Ilmu Tenaga Dalam - Pendidikan Ilmu Terapi Penyembuhan Tenaga Dalam - Pendidikan Ilmu Kerohanian/kebatinan
Saat ini olah raga beladiri seni Pencak Silat Cempaka Putih atau sering di sebut sebagai PSCP telah berkembang dan memiliki jutaan pendekar yang terdiri dari empat tataran tingkat kependekaran, yaitu:
- Tingkat Pendekar Purwa - Tingkat Pendekar Madya - Tingkat Pendekar Wasana - *Tingkat Pendekar Dwija
• *Dwija: sebutan Untuk Mahaguru Pendiri Pencak Silat Cempaka Putih, Yakni Eyang Wagiman/Dwija Wagiman, tanpa menyebut gelar Purwa Madya dan Wasana, di belakang atau di depan nama beliau.
Dwi: Dua
Ja: Guru
DwiJa: guru kedua setelah Eyang Mursid/tokoh kedua setelah Padepokan Mardi Anoraga Sakti berganti menjadi Perguruan Beladiri Pencak Silat Cempaka Putih.
• *Wiro Yudho Wicaksono, sebuah semboyan keprajuritan zaman kerajaan yang mengutamakan keberanian, kegagahan, kerendah hatian dan kebijaksanaan dari cara hidup prajurit perang dan kesatria yang penuh dengan etos, dedikasi, perjuangan, kerja keras, pantang menyerah dan disiplin.
• *Bunga Cempaka Putih, bunga kantil dalam bahasa Jawa, Sunda Cempaka Bodas, Madura Campaka, Aceh Jeumpa Gadeng, Minangkabau Cempaka Putieh, Mongondow Campaka Mopusi, Makasar Bunga Eja Kebo, Bugis Bunga Eja Mapute, Ternate Capaka Babudo, Tidore Capaka Babulo, dalam tradisi nusantara bunga ini sebagai bunga pemujaan pada arwah leluhur yang menghubungkan alam Ghaib dan alam Dunia. Kandungan kimianya di pergunakan untuk industry minyak wangi, farmasi dan aroma theraphy, pohonnya bisa mencapai usia ratusan tahun dengan kanopi tinggi, daun lebar dan rimbun.